Sabtu, 22 November 2008

A D E N I U M

BERBONGGOL YANG LAYAK DIKOLEKSI

Lagi-lagi adenium. Tanaman yang lebih akrab disapa kamboja jepang ini memang tak ada matinya, masih saja menjadi primadona. Apalagi jika ia punya bonggol yang indah meliuk.

Tanaman satu ini memang primadona. Harganya bisa ratusan ribu, bahkan jutaan per pot. Apalagi bila ia memiliki bonggol indah meliuk, menekuk, membulat, dan membengkak, harganya bisa mencapai 2 ¬ 3 juta per pot. Anda pun bisa menciptakan bonggol-bonggol indah itu sendiri asal sabar dan tekun.

Adenium (Plumeria acuminate varadenium) dikenal juga dengan nama kamboja jepang. Namun, kendati ada embel-embel "jepang" di belakang namanya, ia bukan dari Jepang, melainkan Afrika. Di tanah asalnya, adenium hidup di padang pasir. Toh, ia mampu berbunga lebat, lo. Warna bunganya pun warna-warni, sementara akarnya membesar membentuk bonggol yang tak kalah menawan.

BIBIT DARI BIJI
Akar adenium membesar bak umbi. Bentuknya meliuk-liuk ke kanan dan ke kiri, saling berhimpitan, sehingga sangat artistik. Membesarnya akar hingga berupa bonggol tergantung umur dan asal bibit. Bonggol akan lebih cepat nongol dan artistik bila ia berasal dari bibit biji. Pada usia 2 - 3 bulan sejak penyemaian biji, pangkal batang tanaman sudah kelihatan membesar. Pangkal batang tersebut berbentuk bulat seperti bawang merah. Cara stek atau cangkok, kendati bisa juga membentuk bonggol, butuh waktu amat lama. Itupun hasilnya kurang bagus. Buah adenium terletak di ujung tunas, tumbuhnya berpasangan (dua buah) dengan bentuk buah pipih panjang. Warnanya hijau ketika muda, lalu berubah cokelat ketika dewasa. Di dalam buah inilah, terdapat biji-biji. Satu buah adenium berisi sekitar 20 - 40 biji. Nah, bij-biji inilah yang kelak akan disemaikan.

Bagaimana agar adenium berbonggol artistik? Buang bulu-bulunya, lalu keringanginkan selama sekitar 2 jam. Siapkan media tanam berupa pasir kasar, arang sekam, dan pupuk kandang (1:1:1). Media harus porous (tidak mengikat air). Lalu, campurkan merata dan masukkan ke dalam polybag atau pot. Buat lubang tanam sedalam 0,5 cm persis di tengah-tengahnya.

Setelah itu, masukkan satu biji untuk satu polybag. Posisi biji horizontal. Lalu tutup dengan media tanam. Semprot air merata, dan letakkan di tempat teduh. Jaga jangan sampai media tanam kering. Rajinlah menyemprot air. Lazimnya, setelah 2 minggu sejak penyemaian, akan tumbuh tunas. Setelah 3 bulan, pindahkan bibit adenium ke pot. Nah, Anda tinggal menunggu hasilnya. Mudah, bukan?

PANGKAS BAK BONSAI
Memangkas adenium mutlak hukumnya. Jika tidak, bisa-bisa cabang-cabang tumbuh memanjang tak beraturan, kurus, dan enggan berbunga. Pemangkasan akan mempercantik penampilan tanaman, selain juga agar rajin berbunga, sekaligus memutus serangan hama penyakit. Usai dipangkas, bonggol pun akan membengkak dan meliuk-liuk, berbatang pendek, pertumbuhan tunas dan daun menjadi kompak. Adenium pun akan mirip bonsai.

Bagaimana cara melakukan pemangkasan? Yang pertama, pastikan tanaman dalam kondisi sehat. Jangan memangkas tanaman saat dalam kondisi lemah. Bisa-bisa malah mati. Jadi, pastikan tanaman benar-benar sehat. Cirinya? Daunnya subur, tampak hijau segar dan licin, batangnya kekar dan segar, tunas dan cabang-cabang kuat serta berdiri tegak.

Kira-kira sebulan sebelum dipangkas, sebaiknya beri pupuk lebih dulu. Berikan pupuk NPK sebanyak + sendok teh untuk pot yang berdiameter 20 cm, atau 1 sendok teh untuk pot berdiameter 40 cm.

Setelah itu, ambil pisau tajam atau cutter steril, lalu potong cabang sekitar 10 - 20 cm dari pangkal batangnya. Olesi bekas potongan dengan fungsida agar tidak terserang jamur. Yang terakhir, usai melakukan pemangkasan, letakkan adenium di tempat teduh sekitar 2 minggu. Baru kemudian pindahkan ke tempat yang panas dan terkena matahari langsung, sehingga merangsang pembungaan.
***

AGAR BONGGOL NONGOL
1. Bongkar adenium saat berumur sekitar setahun atau saat bonggol sudah tampak. Hati-hati, jangan sampai merusak akar, apalagi bonggolnya. Bersihkan tanah dan kotoran yang menempel pada akar dengan cara disemprot. Pangkas bila akar tak beraturan.

2. Usahakan media tanamnya tetap porous, berupa campuran pasir kasar, arang sekam, dan pupuk kandang (2:1:1). Carilah pot dangkal, biasanya pot bonsai, lalu masukkan media ke dalamnya hingga setengah tinggi pot.

3. Agar bonggol terlihat, tanam adenium di bagian tengah pot. Jadi, yang tertanam adalah akar-akar kecil yang menempel di bawah atau sekitar bonggol. Di sela-selanya, tambahkan media tanam hingga akar merekat pada media. Usahakan posisi adenium tidak gampang goyah. Untuk memperkuat posisi, siram lebih dulu dengan air, lalu tekan bonggol pelan.

4. Letakkan adenium di tempat teduh selama 1 - 2 bulan untuk memperkuat akar. Setelah akar kuat, letakkan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
***

LAYU PUCUK DAN BUSUK AKAR
Waspada bila daun adenium rontok. Ini berarti adenium sedang terserang penyakit layu pucuk akibat jamur. Sebaiknya segera semprot dengan fungisida, misalnya Agrimex, dengan dosis 1 cc per 1 liter air.

Jika yang diserang akarnya, segera potong akar yang membusuk. Olesi bekas potongan dengan hormon perangsang akar, sementara bagian lainnya yang tidak terserang disemprot dengan Mansote atau Dagonil. Boleh juga mengganti media tanamnya dengan yang baru. Setelah itu, tanaman adenium ditanam kembali.


ADENIUM, GANTI POT LAMA AGAR SELALU BERBUNGA

Tanaman satu ini dikenal karena keindahan daun dan bunganya. Tapi, seringkali ia tak mau berbunga. Bagaimana mengatasinya?

Seorang penggemar berat adenium mengeluh, "Kenapa bunga adenium saya jadi kusam dan daunnya layu, ya?" Padahal, sambungnya, "Dulu rajin berbunga, lo. Bunganya pun cerah, merah tua dengan kombinasi putih di bagian tengah. Yang paling eksotis bonggolnya, gede berbenjol-benjol, menggelembung." Belum lagi pemupukan yang tak pernah telat, juga penyemprotan pestisida. "Tapi kenapa adenium saya tak lagi seperti dulu?" tanyanya lagi.

Selidik punya selidik, tanaman adenium itu ternyata sedang "sakit." Terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan tanaman dengan kondisi ruang lingkungan pot yang ada. Akar-akarnya sudah semakin besar dan lebat, batangnya juga makin membesar, sementara kondisi ruang gerak-hidup dan ketersediaan nutrisi amat terbatas. Akar-akar tadi telah memenuhi bagian atas media. Kalau sudah begini, ujung-ujungnya adenium akan mogok berbunga. Daunnya pun tak lagi hijau segar.

Terjadilah persaingan. Berebut hara. Berebut ruang gerak-hidup. Berebut sinar matahari. Akhirnya jumlah daun makin sedikit, tumbuhnya lambat, layu, dan akhirnya menguning. Pertumbuhan tunas dan cabang juga sangat lambat. Yang lebih parah, bunga ngambek, tak mau lagi muncul.

Ya, meski pemupukan rajin dilakukan, namun media tanam yang sudah "tua", katakan saja lebih 2 tahun, membuatnya tak layak lagi mengolah nutrisi. Pendek kata, media tanamnya sudah rusak. Jadi, dipupuk dengan pupuk apa saja, dan sebanyak apa pun, tidak akan menyuburkan tanaman. Solusinya, media tanam itu perlu diganti. Lakukan repotting, ganti pot lama dengan pot baru, termasuk media tanamnya.

Bagaimana cara melakukan repotting adenium? Simak 5 langkah berikut:
1. Siapkan Pot Baru
Pilih pot baru dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan pot lama. Jangan lupa untuk memilih "pot bonsai" agar bonggol adenium terlihat indah di atas media. Bentuk pot ada yang bundar, ada pula yang oval. Perhatikan jarak antara bibir pot dengan pangkal batang, yang ideal sekitar 8 - 10 cm. Dengan jarak selebar itu, di samping gerakan akar lebih leluasa, juga lebih indah dipandang.

2. Ganti Media Tanam
Adenium termasuk tanaman zerofit. Artinya, cocok hidup di daerah kering. Untuk itu, ia membutuhkan media yang berongga (porous). Itu berarti, adenium tidak menyenangi media yang kuat mengikat air. Bisa-bisa akarnya malah membusuk. Jadi, gunakan media porous antara lain coco peaf (serbuk sabut kelapa), arang sekam padi, pasir kasar, pecahan arang kayu, pecahan batu apung, dan pupuk kompos atau pupuk kandang yang sudah matang.

Tersedia sekurang-kurangnya 3 pilihan media sebagai berikut: (a) Campuran pecahan batu apung berdiameter 0,25-0,50 cm, lalu arang sekam, dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1, (b) Campuran pasir kasar, arang sekam, dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1; dan (c) Campuran pasir kasar, coco peaf dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1.

Jangan lupa, dasar pot diberi arang kayu kira-kira seperempat tinggi pot agar air tidak mampat. Barulah kemudian media tanam dimasukkan ke dalam pot baru hingga memenuhi setengah dari tinggi pot.

3. Keluarkan dari Pot Lama
Keluarkan tanaman adenium dari dalam pot lama. Caranya, siramlah tanaman, lalu dinding pot diketuk-ketuk melingkar. Setelah itu, jungkirkan posisinya sembari menahan tanaman. Yang penting, jaga jangan sampai tanaman rusak, misalnya akarnya terputus.
Siram akar-akarnya hingga tanah yang menempel jadi larut. Lalu, potong akar-akar yang sudah tua, tapi sisakan sekitar 2 - 3 cm. Gunakan gunting tajam agar tidak mengotak jaringan akar.

4. Rendam Pestisida
Akar yang sebagian dipotong, tentu akan meninmbulkan luka. Nah, dari luka itulah ada kemungkinan akan memicu tumbuhnya jamur. Jadi, bagian akar dan bonggol tanaman tersebut direndam dalam pestisida guna menolak datangnya jamur. Misalnya dengan pestisida Agrimex, Mansote, atau Dagonil. Perendaman cukup 15 menit.

5. Tanam Pot Baru
Sesudah direndam pestisida, batang adenium diangkat, lantas dimasukkan ke dalam pot baru yang telah disiapkan. Tutup dengan media tanam yang masih tersisa hingga setinggi leher pot. Berikutnya, tanaman adenium disiram air bersih.

Usai repotting, tanaman adenium sebaiknya diletakkan di tempat teduh dan terlindung dari hujan. Pasalnya, adenium yang baru saja direpotting biasanya cukup rentan terhadap perubahan cuaca. Setelah sekitar 2 minggu, adenium boleh diletakkan di tempat yang terbuka atau panas.

WASPADA SERANGAN SANG LABA-LABA
Dewasa ini ada 3 hama yang "akrab" dengan tanaman adenium. Apa saja dan bagaimana mengendalikannya?

1. Spider Myte
Orang menyebutnya "laba-laba merah" (Spider Myte). Ia sejenis tungau yang amat kecil dan warnanya merah. Sasaran pokoknya daun-daun adenium. Akibatnya, daun menjadi layu, pucat, lalu berubah cokelat. Selanjutnya, daun menjadi keriting dan rontok, dan bila dibiarkan tanaman bisa mati.

Jika serangan masih ringan, cepat-cepat singkirkan tanaman yang diserang. Atau pangkas daun-daun yang sudah dilahap laba-laba merah. Namun, jika serangan sudah berat, semprot dengan pestisida, seperti Omnite atau Kelthane. Dosis dan frekuensi penyemprotan sesuai petunjuk yang ada. Atau disemprot tiga kali seminggu, dengan dosis setiap penyemprotan 1 cc per 1 liter air.

2. Fungus Gnats
Nama kerennya Fungus Gnats, namun juga akrab dipanggil "lalat hitam." Hama lalat ini amat kecil. Saat masih wujud larva, ia merusak akar dan batang adenium. Setelah dewasa berupa lalat, bidikannya lebih tertuju pada kuncup bunga adenium sebelum bunga itu mekar. Tandanya, ada bintik-bintik hitam di seputar kuncup bunga, lalu kuncup itu membusuk. Kalau sudah begini, atasi dengan pestisida Benlate atau Dithane, dengan dosis 1 cc per 1 liter air. Lakukan saban hari sampai lalat hitam itu punah.

3. Mealybug
Hama Mealybug adalah kutu kecil berwarna putih. Jika diamati, mirip tepung putih ketika sudah menyebar. Biasanya, Mealybug menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun tersebut. Lama kelamaan, daun pun rusak dan pertumbuhan tunas terhenti. Akhirnya, daun-daun rontok, tanaman mati.

Ada baiknya serangan kutu putih ini dipantau sejak dini. Bila serangan masih ringan, segera potong daun-daun yang terserang, lalu bakar. Namun, jika serangan sudah menghebat, semprot dengan pestisida, seperti Malathion, Dimacide, atau Pegasus dengan dosis dan frekuensi penyemprotan sesuai petunjuk pada label.

Penyilangan:

Waktu yang tepat untuk proses penyilangan adalah jam 6:00 sampai jam 8:00 pagi atau senja hari.

1. Penyilangan secara alami. Letakkan dua tanaman adenium berbunga yang akan disilangkan secara berdampingan. Biarkan serangga atau lebah kecil yang akan melakukan penyerbukan. Kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak dapat diprediksi dengan baik.

2. Penyilangan buatan (disarankan)

Langkah 1:
Pilih bunga yang baru berumur 2-3 hari. Bunga harus dalam keadaan baik dan sehat.
Buang 5 bagian filament yang berbentuk benang dengan cara dicabut/ditarik.
Buka bagian kuncup didalam bunga yang berisi serbuk sari (pollen) dengan cara ditekan sedikit.
Ambil dan basahi dengan air, kuas kecil No.1 atau 2 yang biasa digunakan untuk cat air, untuk mengumpulkan serbuk sari. Serbuk sari terlihat seperti pasir lembut berwarna kekuningan. Usap pelan-pelan sampai terlihat serbuk sari menempel di ujung kuas.

Langkah 2:
Pilih bunga tanaman yang akan anda silangkan. Bunga yang dipilih adalah yg telah berumur 2-3 hari.
Buang bagian filament yg berbentuk 5 benang dengan cara dicabut/ditarik.
Buka bagian kuncup didalam corong bunga, sehingga terlihat bagian stigma (kelamin betina). Bagian stigma ini berwarna putih kehijauan dan agak lengket karena seperti dilapisi cairan.
Masukkan kuas tadi yang berisi serbuk sari kedalam stigma. Lalu usapkan perlahan2 pada bagian stigma.
Setelah 4 hari bunga akan gugur. Bunga yang gugur lebih cepat menandakan penyerbukan/pembuahan berhasil. Jika bakal buah terlihat hijau dan agak membesar berarti pembuahan berhasil. Jika bakal buah terlihat kemerahan dan coklat biasanya akan cepat gugur, dan pembuahan gagal.
Berikut ini siklus pembuahan berdasarkan rentang hari:

Hari ke---------1------------- 2------------ 3------------4------------5-----------6------------7-------------8-------------9------------10-----------11-----------12
Bunga mekar Penyilangan Petal bunga gugur bakal buah terbentuk
Berikut ini tabel masa kematangan dan jumlah biji per polong/buah adenium.
Nama Belanda, Jepang dan Arizona adalah asal indukan sebelum didatangkan ke Thailand.
Jenis (Asal Induk) Masa Kematangan Jumlah biji setiap buah/polong Obesum (Belanda) 6 - 8 Minggu 80 – 140 biji Arabicum (Jepang) 10 – 12 Minggu 200 – 250 biji Arabicum (Arizona) 8 – 10 Minggu 25 – 30 biji

Tidak ada komentar: