Minggu, 24 Agustus 2008

Pinjam Rp.10.000,-

Pinjam Rp 10.000
( Antoni Lamini/Sekedar Renungan )

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta CJDW di
Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Budi,
putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu.
Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Budi memang
sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke
kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Budi
menjawab, "Aku menunggu Ayah pulang. Sebab aku mau bertanya berapa sih gaji
Ayah?" "Lho, tumben, kok menanyakan gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"

"Ah, enggak. Ingin tahu saja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam
dan dibayar Rp 800.000,-. Dan setiap bulan rata? dihitung 25 hari kerja.
Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Budi berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara
ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak
menuju kamar untuk berganti pakaian, Budi berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 800.000,- untuk 10 jam,
berarti satu jam ayah digaji Rp 80.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi. Tetapi
Budi tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Budi
kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 10.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam? lagi. Buat apa minta uang malam? begini?
Ayah capai. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah..." Kesabaran Rudi habis.
"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Budi. Anak kecil itu pun
berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya.
Ia pun menengok Budi di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur.
Budi didapatinya sedang ter-isak? pelan sambil
memegang uang Rp 30.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata,
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Budi. Buat apa sih minta uang
malam? begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.
Jangankan Rp 10.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau
sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."

"Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga
puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga.
Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 30.000,-.
Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 80.000,-, maka setengah
jam harus Rp 40.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 10.000,-.
Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Budi polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata?. Dipeluknya
bocah kecil itu erat?. [Intel]

1 komentar:

Yudika mengatakan...

salut,....
cerita ini memang benar ada ya,..
jadi pingin liat si BUDI.
setiap kali baca cerita ini,
aku bisa nangis...
hanya karena sesuatu yang kecil yang mungkin saja semua anak bisa dapatkan tiap hari ternyata lain dengan BUDI.
sungguh sangat polos perasaanya yang ingin mendapatkan kasih sayang dan waktu dari orang tua yang segitu susahnya.
sampai BUDI harus berpikir orang sendiri seperti orang lain yang harus dikasih imbalan untuk sesuatu hal.